Jumat, 10 Oktober 2008

Kejang Demam

Definisi kejang demam menurut National Institutes of Health Consensus Conference adalah kejadian kejang pada bayi dan anak, yang biasanya terjadi antara usia 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tanpa adanya bukti-bukti infeksi intracranial/susunan saraf pusat. Kejang dengan demam pada anak yang pernah menderita kejang tanpa demam sebelumnya tidak masuk kriteria tersebut. Meski secara universal definisi untuk usia ini belum diterima dan beberapa peneliti memasukkan onset awal kejang demam setelah usia 5 tahun. Faktanya memang angka kejadian kejang demam berkurang setelah usia 5 tahun. Sedangkan menurut International League Against Epilepsy Commision on Epidemiology and Prognosis adalah kejang yang terjadi pada anak-anak setelah usia 1 bulan, berhubungan dengan demam, penyakit tidak disebabkan oleh infeksi susunan saraf pusat, tanpa adanya kejang pada masa neonatal atau kejang tanpa provokasi demam sebelumnya.

Di AS dan eropa barat, sekitar 35-4% anak-anak pernah mengalami kejang demam paling sedikit satu kali. Di Negara-negara Asia angka tersebut kemungkinan lebih tinggi, di Jepang sekitar 10%. Angka tertinggi yang pernah dilaporkan di Mariana, Guam sekitar 14%.

Sebagian besar kejang demam terjadi antara usia 6 bulan dan 3 tahun, dengan insidensi puncak pada usia 18 bulan. Hanya sekitar 6-15% kejang demam pertama terjadi setelah usia 4 tahun, dan onset pada usia 6 atau 7 tahun sangat jarang. Anak laki-laki sedikit lebih tinggi frekuensinya mengalami kejang demam dibanding anak perempuan, dengan rentang rasio insidensi dari 1,1:1 sampai 2:1.

Separuh dari kejang demam pertama akan berulang dalam 6 bulan setelah episode kejang yang pertama, tiga perempatnya dalam waktu 1 tahun. Risiko terjadinya epilepsy setelah kejang demam kecil, sekitar 2-4%. Sebagian besar kejang demam mempunyai outcome yang baik, tanpa gejala sisa neurologik.

Beberapa penelitian (population-based study) dengan analisis multivariate melaporkan beberapa factor risiko untuk terjadinya kejang demam. Diantara faktor-faktor risiko tersebut adalah: riwayat kehamilan dan kelahiran (berat lahir rendah, prematuritas, preeeklampsia), riwayat abortus, riwayat kelainan saraf, suhu badan >39,40c, merokok waktu hamil, factor risiko yang paling banyak dilaporkan dan bermakna adalah riwayat orang tua dengan kejang demam. Masing-masing 1 penelitian melaporkan hubungan antara frekuensi menderita demam dan diare dengan risiko terjadinya kejang demam.

The American national Collaborative Perinatal Project, mengidentifikasi 3 faktor risiko untuk terjadi epilepsy pada penderita kejang demam, yaitu:

  1. Adanya riwayat epilepsy pada orang tua atau saudara kandung.
  2. Terdapat kelainan neurologis/saraf sebelum kejang demam yang pertama.
  3. Kejang demam bersifat kompleks (berlangsung lama, fokal, atau multipel dalam 1 hari)

- Disarikan dari berbagai sumber laporan dan jurnal-